Hama dan penyakit pada ayam petelur adalah salah satu masalah yang besar dihadapi peternak – peternak di Indonesia, terutamanya peternak ayam petelur. Hama dan penyakit ini akan menurunkan produktivitas telur dratis. Selain itu, akan mengakibatkan ketidak stabilan hormon dan organ pembentuk telur, sehingga telur akan cacat atau abnormal dan bahkan akan mengakibatkan angka kematian yang sangat tinggi.
Pengendalian hama dan penyakit ayam petelur tersebut harus di ambil serius sebelum menjadi penyebaran dan juga mengakibatkan kerugian yang sangat besar saat melakukan budidaya ayam petelur ini. Jika demikian harus segera dengan cara alami maupun dengan kimia, agar tidak terjadinya penurunan produksi pada telur. Sebelum itu dilakukan, sebaiknya mengetahui hama dan penyakit yang sering menyerang pada ayam petelur terlebih dahulu, baru langsung melakukan penangganan dengan tepat.
Hama dan penyakit ayam petelur
1. Berak darah ( Cacidiocis )
Penyebab : protozoa genus Eimeria
Gejala : anak ayam terlihat lesu, sayap akan bergelantung kebawah, bulu akan berdiri dan tidak mengkilat, mencret darah, pucat dan angka kematian tinggi.
Pengendalian : menjaga sanitasi kandang pada saat melakukan pemeliharaan ayam petelur.
Pengobatan : menggunakan obat trisulfa, sulfa-mezathin, dan bifuran, dengan cara mencampurkan kedalam minuman.
2. Berak kapur ( Pullorum )
Penyebab : Salmonella pullorum
Gejala : mata akan tertutup, sayap akan terluka, mencret berwarna putih, dan anga kematian tinggi.
Pencegahan : membeli bibit/Doc berasal dari indukan yang sehat
Pengobatan : memberikan sulfaquinoxaline, nitrofurazalidone, dan sebagainya.
3. Newscastle Disease ( ND )
Penyebab : virus paramyxo
Gejala : kehilangan nafsu makan, sesak nafas, bersin atau ngorok, produksi telur menurun, leher akan berputar dan angka kematian mencapai 60-80 %.
Pencegahan : hanya menjaga kebersihan kandang dan menyuntikan vaksinasi, serta pengobatan belum ada.
4. Omphalitis
Penyebab : bakteri caliform, staphyloccu, dan pseudomonas.
Gejala : kepala menunduk, mengantuk, selalu berlindung ditempat panas, peradangan pusar, kematian sejak 15 hari setelah menetas, dan angka kematian mencapai 15 %.
Pencegahan : menjaga suhu normal, kelembapan, dan melakukan sanitasi terhadap mesin tetas telur. Serta pengobatan belum diketahui.
5. Choronic Respiratory Disease ( CRD )
Penyebab : Mikoplasma atau Mikoplasma synoviae.
Gejala : getah radang keluar dari hidung, keluar cairan berbusa dari mata, napas mengorok dan bersin.
Pencegahan : mengusahan sebaiknya menggunakan bibit yang tahan terhadap penyakit dan tidak dalam keadaan terserang penyakit ini.
Pengobatan : memberikan basitrasin erthromisin, tilosin, sepktinomisin, dan linkomisis, dilakukan dengan cara mencampurkan minuman atau makanannya.
6. Infektious coryza ( snot )
Penyebab : bakteri Hemophilus gallinarum
Gejala : nafsu makan berkurang, bersin, pernafasan cepat dan mengorok, pembengkakan pada muka dan angka kematian mencapai 50%.
Pencegahan : memperhatikan tata laksana kandang dan sanitasi lingkungan.
Pengobatan : memberikan sulfatiasol atau sulfadimetoksin dengan mencampurkannya di minuman atau makanannya.
7. Cacar ayam ( Fowl pox )
Penyebab : virus Borreliota avium
Gejala : jengger ayam betina akan terdapat bercak – bercak berwarna abu-abu hingga keputiha, dan juga mengakibatkan ayam menjadi abnormal.
Pengendalian : menjaga kandang tetap bersih, memisahkan ayam terserang, dan juga melakukan sanitasi lingkungan.
Pengobatan : menyuntikan dengan vaksinasi, dan juga antibiotik
Itulah beberapa penyakit yang sering ditemukan dan terjadi saat pembudidayaan ayam petelur. Penanggangannya sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk dan sesuai dengan dosis yang sudah di tentukan di labelnya.
Sumber:Kurniawan fredi.2015. Hama dan Penyakit Ayam Petelur . http://fredikurniawan.com/hama-dan-penyakit-ayam-petelur/ diakses jam 19:45 tgl 04 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar